Uang Berkaki
Ada Dana
untuk Perpustakaan dari Pendaftaran MABA
Pengelolaan
Perpustakaan Menggunakan dana Sendiri
Oleh: Uun (berid)
Dalam sebuah organisasi, semua
kegiatan yang akan bahkan yang telah dilakukan pasti membutuhkan sebuah dana.
Namun apadaya apabila dana yang sebenarnya menjadi haknya namun sampai saat ini
tetap saja hak tersebut belum sampai kepada penerima hak. UIJ memang kampus
“islam” dan dalam islam telah diatur bagaimana syariah-syariah ekonomi maupun
dalam sebuah rumah tangga sekalipun.
Politik memang suci namun banyak
cara yang mengubah dari kesucian tersebut, apalagi tentang politik uang. Jika
tidak mampu maka jangan sandingkan politik dengan uang. Dengan doktrin tersebut
teringat saya dengan kata-kata Wali Kota Bandung yang intinya janganlah kita
berpolitik apabila belum selesai urusan kita dengan uang, karena politik bukan
sebuah ajang untuk mencari uang. Wah! Apalagi poltik uang.
UIJ membutuhkan manusia-manusia
yang jujur dan dapat dipercaya, kemana larinya uang yang dialokasikan kepada
perpustakaan kampus tercinta kita ini? Dana yang diambil dari uang pendaftaran
Mahasiswa Baru yang diinfokan bahwa beberapa bagian yang didapat akan
dialokasikan kepada perpustakaan. Namun, nyatanya perpustakaan yang diolah
sangatlah miris dilihat, dengan fasilitas serta buku yang bisa dibilang kurang
menunjang. Selama ini pihak perpustakaan belum menerima sama sekali dana yang
“katanya” akan dialokasikan tersebut.
Penuh tanda tanya dalam pikran kami
sebagai mahasiswa “Kemana Larinya uang tersebut? Apakah uang memiliki kaki
untuk berlari?” Namun semua itu hanyalah retorika yang sebenarnya kita telah
memiliki jawaban dari masalah tersebut. “Ada dalang dibalik semua itu” adalah
jawaban yang tepat bagi pertanyaan yang tercetus. Kampus ini bagaikan sebuah
perwayangan yang semua gerak-geriknya dikontrol dan diarahkan oleh seorang
dalang. Perpustakaan kita bagaikan wayang yang bergantung pada dalang, wayang
yang merupakan benda mati maka sangat mudah untuk digerakkan tanpa tahu apa dan
bagimana latar belakang gerak tersebut. Sama seperti kita ibarat sebuah wayang
yang hanya nurut dan percaya akan sebuah data yang sebenarnya kita tidak tahu
kebenarannya.
Pada awal mendaftar kuliah kami,
khususnya saya percaya akan data alokasi rincian dana yang terdapat dalam brosur pendaftaran. Salah
satu dari alokasi dana tersebut adalah dialihkan kepada perpustakaan. Dalam
benak tergambar adanya fasilitas serta buku-buku yang cukup menunjang bagi kita
para mahasiswa, namun pada kenyataannya semua hanya ilusi. Yang ada malahan
sangat-sangat bertolak belakang. Segala dana yang dibutuhkan malahan merupakan
dana yang diusahakan dari pihak perpustakaan sendiri, buakan semata-mata dana
yang turun dari kampus. Prediksi yang salah selama ini yang ada dalam pikiran
saya. Akan ada baiknya jika dana yang
benar-benar milik perpustakaan kampus dialokasikan dengan baik demi perbaikan
perpustakaan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Post a Comment