Perempuan Perhiasan Terbaik Dunia
Oleh: Sugeng Hadi Wijaya
Memperingati Hari Kartini tidak cukup hanya dengan kata “Selamat Hari
Kartini” dan dilaksanakannya upacara
khusus atau ritual lainnya. Namun juga harus mampu mengaplikasikan makna dari
Hari Kartini tersebut.
Apa sebenarnya makna
dari Hari Kartini? momen tersebut merupakan momen untuk menempatkan hak-hak
kaum Hawa serta memperjuangkan harkat dan martabat perempuan sebagaimana hakikat seorang perempuan. Al
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallhu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuatlah baik kepada wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuatlah baik kepada wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Memperingati hari besar
perempuan tersebut hendaknya kita merubah pandangan, perilaku dan sikap kita
kepada mereka. Mungkin selama ini banyak diantara kita melihat perempuan harus
rela pergi ke Negeri tetangga karena tuntutan ekonomi. Seharusnya ini tidak
terjadi, sebab perempuan diciptakan sebagai perhiasan dunia, bukan sebagai
budak dunia.
Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan
sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467). Seharusnya yang
menjadi tulang punggung keluarga adalah seorang laki-laki. Sebagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di akhir kehidupannya, dan hal itu
terjadi pada haji Wada’ : “Ingatlah,
berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka itu (bagaikan) tawanan di sisi
kalian. Kalian tidak berkuasa terhadap mereka sedikit pun selain itu, kecuali
bila mereka melakukan perbuatan nista. Jika mereka melakukannya, maka
tinggalkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukul lah mereka dengan pukulan
yang tidak melukai. Jika ia mentaati kalian, maka janganlah berbuat aniaya
terhadap mereka. Mereka pun tidak boleh memasukkan siapa yang tidak kalian
sukai ke tempat tidur dan rumah kalian. Ketahuilah bahwa hak mereka atas kalian
adalah kalian berbuat baik kepada mereka (dengan mencukupi) pakaian dan makanan
mereka.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).
Dari ulasan di atas, seharusnya yang melengkapi
pakaian dan makanan serta kebutuhan perempuan adalah laki-laki. Bukan, malah
seorang perempuan harus berjuang demi keluarga. Sebagaimana terciptanya seorang
perempuan yaitu dari tulang rusuk, yang mana letaknya dekat dengan hati dan
jantung. Bukan dari tulang kelingking jari kaki, yang mana letaknya menempel
pada tanah. Maka tempatkanlah seorang perempuan di sisi kita, bukan malah kita
menginjak-nginjak mereka.
Di hari Kartini ini kita
seharusnya mengembalikan peran, hak, serta fungsi seorang perempuan. Sehingga
tidak ada lagi perempuan yang menjadi TKI, PSK, buruh, dan pekerjaan lainnya
yang dapat menurunkan harkat dan martabat seorang perempuan. Karena seperti apa
yang disabdakan Rasulullah, bahwa perempuan itu adalah perhiasan dunia terbaik.
Post a Comment