Universitas Sandal Jepit
Sebenarnya tidak ada yang spesial dalam tulisan ini.
Karena ini hanya lanjutan dari tulisan sebelumnya. Sebuah opini yang dibuat
oleh salah satu penulis di LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Mitra, kawan Ahmad
Shiddiq. Tulisan tersebut
dimuat di website resmi LPM Mitra.
Tulisan sebelumnya mampu membuat geger seluruh sivitas akademika. Bagaimana tidak, tulisan itu
katanya terlalu kritis dan bisa menjadi provokator. Karena terlalu menyalahkan
salah satu kinerja kepala bagaian di UIJ.
Menanggapai hal itu, penulis mencoba untuk
mengklarifikasi. Mewawancarai langsung pihak terkait. Bertanya bagaimana
responnya terhadap tulisan kawan Shiddiq.
Tanggapan narasumber menganggap
masalah yang kita angkat adalah masalahh sepele. Dia mengatakan bahwa LPM Mitra sudah berapa kali kalian hanya mengincar bagian keuangan,
kepegawaian, dan perlengkapan. Sehingga
beliau mempertanyakan apakah tidak bisa mengambil berita lain, selain sandal jepit.
LPM Mitra memang sering menulis tentang pegawai,
keuangan dan perlengkapan. Menurut penulis, kunci kemajuan UIJ dasarnya
terletak di tiga bagian ini. Penulis tidak mau menjelaskan kenapa harus tiga
tersebut, karena pembaca bisa menjabarkan dengan sendirinya.
Mungkin hanya sekedar sandal jepit. Tapi apakah layak
lembaga pendidikan yang seharusnya menampilkan budaya akademik, justru malah
bertolak belakang. Petani mungkin lebih pantas dijuluki sang intelektual kalau
begitu. Mereka bisa menyesuaikan diri. Karena selama ini tidak ada petani ke
sawah pakai jas dan dasi.
Sekecil dan sepele sandal jepit saja, UIJ tidak bisa
mendisiplinkan para pegawainya. Parah bukan? Seperti mereka tidak paham saja
aturan akademik. Rugi dong kita bayar selama ini.
Entah apa mungkin universitas ini merupakan
universitas sandal jepit. Atau mungkin para pegawai tak mampu beli sepatu.
Mungkin juga mereka pecinta sandal jepi.
Anehnya lagi, kritikan sandal jepit ini sudah
berkali-kali ditulis. Mulai jaman Mas Sugeng (Pimpinan Umum LPM Mitra 2015 s.d
2017) sampai jaman kami.
Mereka hanya merespon dengan mulut terbuka, seakan
kaget. Benar-benar kaget atau kaget-kagetan. Hilang harga diri, mungkin? Atau
sengaja dihilangkan. Hanya Tuhan dan mereka yang tahu.
Seharusnya, kalau memang kampus ini ingin maju dan
berkembang. Semua peraturan akademik harus betul-betul ditegakkan. Tanpa
pandang bulu, meskipun pegawainya kebanyakan pegawai anak ayam. Tahukah kalian
pegawai anak ayam, itulah mereka yang kerja karena diajak orang dalam.
LPM Mitra selalu memberikan kritikan. Agar kampus ini
mampu bersaing dan maju. Maju disemua bidang. Karena kami akan bangga jika kami
lahir dari kampus yang hebat. Ingat, bukan Universitas Sandal Jepit.[]
Oleh: Esti Agustin A
*Penulis saat ini duduk di semester tujuh prodi Pendidikan Agama Islam dan merupakan penulis aktif di LPM MITRA
Mgooold
BalasHapusSadesssss
BalasHapusKeren, mungkin sebagian dari pembaca ada yang tertawa namun juga geram hahaha
Sandal jepit
BalasHapusYaaa itulah resep" dalam sebuah berita.
BalasHapusJika hanya terpaku pada fakta tentu sebuah berita hanya menjadi hal yang tabu...
Wkwkwkwkwk
BalasHapusMasok pak esk
BalasHapusKeritik terus keritik sampai sandal jepit berubah sandal mahal😀
BalasHapusPerintah berasal dari atasan pada bawahan yang membuahkan aturan, larangan dan hukuman. Jika bawahan tidak mematuhi atasan.
BalasHapusTapi bawahan meminta kebijakan pada atasan dengan meminta, memohon bahkan sampai mengeluarkan pengorbanan. Tetap tidak ada perbaikan.
Apakah memang atasan itu tidak boleh dan tidak bisa diminta kebijakannya? Atau mau menunggu kebijakan dari yang Maha Atas.? Bahwa anda sebagai figur saat itu, yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya di hari pembalasan.
Perintah berasal dari atasan pada bawahan yang membuahkan aturan, larangan dan hukuman. Jika bawahan tidak mematuhi atasan.
BalasHapusTapi bawahan meminta kebijakan pada atasan dengan meminta, memohon bahkan sampai mengeluarkan pengorbanan. Tetap tidak ada perbaikan.
Apakah memang atasan itu tidak boleh dan tidak bisa diminta kebijakannya? Atau mau menunggu kebijakan dari yang Maha Atas.? Bahwa anda sebagai figur saat itu, yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya di hari pembalasan.