Kuliah, atau Nikah?
Oleh: Sherly Rahmadani
Hari
ini, matahari terlalu bersemangat untuk menampakkan cahayanya, sehingga panas
bumi pun terasa begitu menyengat, begitu pula yang dirasakan oleh Aisyah, gadis
berjilbab biru yang tengah duduk dibangku tepat dibawah pohon, dengan buku
ditangan kanannya, ia menekuni kegiatan membaca, sembari tangan satunya ia
gunakan untuk memegang kipas mini elektrik yang diarahkan ke wajahnya.
Pikirannya tidak selaras dengan apa yang dilakukannya saat ini, bagaimana
tidak? Meski ia terus berusaha untuk memahami isi dari buku tersebut namun
pikirannya masih tetap tertuju pada seseorang, Akbar namanya kakak tingkat di
Universitas nya yang baru saja mendapat gelar S1.
"Aku
tidak mau bertele-tele, aku menyukaimu, apakah kamu mau menikah denganku"
Ungkapnya ketika Aisyah baru saja meneguk minumannya di sebuah cafe minggu
lalu, sepenggal kalimat yang selalu terngiang dalam pikirannya hingga saat ini,
dia sendiri bingung dengan kemauanny, dia memang menyukai kakak tingkatnya itu,
akan tetapi dia masih ingin tetap melanjutkan study nya, ia masih ingin
membanggakan kedua orang tuanya. Di
usianya yang masih 19 tahun dia juga belum siap melepaskan masa mudanya dan
memilih menikah. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, pertanda bahwa ia sedang
tidak baik-baik saja, hingga tanpa ia sadari ada seseorang yang
memperhatikannya sejak tadi.
"Aisyah"
Sapa orang itu, Aisyahterlonjak kaget.
"Astaughfirullahaladziim
Nur, kmu membuatku terkejut dengan kedatanganmu yang tiba-tiba" Aisyah mengelus-elus
dadanya, menunjukkan bahwa ia masih dalam keadaan terkejut.
"Maaf,
bukan maksudku mengagetkanmu, sedari tadi aku memperhatikanmu Aisyah, kamu
tampak sedang banyak pikiran, sebenarnya apa yang terjadi? " Tanya Nur
hati-hati
"Bukan
masalah serius kok" Jawab Aisyah singkat
"Aisyah"
Panggil Nur dengan lembut, ia duduk menghadap Aisyah, tangannya menggenggam
tangan Aisyah, seolah berusaha memberi ketenangan agar sahabatnya itu mau
menceritakan masalahnya. "Kita sudah berteman sejak kecil, aku tau kamu
sedang tidak baik-baik saja, ada apa Aisyah? Ceritakan kepadaku" Lanjut
Nur
"Sebenarnya
aku bingung Nur, Kak Akbar melamar
ku" Nur terkejut dengan penuturan Aisyah, namun ia kembali bersikap tenang
dan kembali mendengar cerita Aisyah "Aku tau menikah itu merupakan ibadah
dan aku memang menyukai kak Akbar sejak dulu, tapi Nur aku masih ingin melanjutkan study ku, aku
masih ingin membuat kedua orang tua ku bangga, dan kamu tau sendiri kan Nur,
aku ini berkuliah dengan beasiswa, dan dalam perjanjian itu aku tidak boleh
menikah. Lagipula aku belum siap menjadi ibu rumah tangga, tapi disisi lain aku
takuttakut jika aku menolaknya ia akan
mencari penggantiku" Aisyah menundukkan kepalanya.
"Menikah
memang ibadah, berbakti kepada orang tua juga merupakan ibadah Aisyah, coba
kamu pikirkan kembali mana yang lebih ingin kamu lakukan terlebih dahulu, dan
sekiranya kamu mampu melakukan itu untuk saat ini, kalau kamu ingin menikah
tidak apapa, karena dapat mencegah perbuatan zina, akan tetapi dengan catatan
kamu harus sudah mampu lahir dan batin. Aisyah apakah kamu ingat tujuan awal
kamu kesini untuk apa? Tanya Nur dengan lembut.
"
Aku ingin menuntut ilmu Nur, dengan harapan suatu saat nanti aku berdiri
memakai toga dan membuat orang tuaku bangga" Jawab Aisyah dengan tatapan
menerawang.
"Kalau begitu lakukan apa yang menjadi
niat awal kamu Aisyah, karena menikah tidak hanya soal tentang kewajiban
seorang istri, akan tetapi juga kewajiban kamu sebagai seorang ibu dari
anak-anakmu suatu saat nanti dan pendidikan itu juga penting Aisyah, dengan
pendidikan kamu bisa memperoleh ilmu dan kamu dapat mengajarkan ilmu itu kepada
anak-anakmu nanti, kamu juga dapat memantaskan diri untuk suamimu nanti dengan
ilmu yang kamu dapatkan" Nur mengambil nafas sejenak, lalu ia melanjutkan
"Dan percayalah apabila dia benar-benar menyukaimu, pasti dia akan
menunggu, Ingat Aisyah! Jodoh tidak akan kemana"
"Subhanallah,
semua apa yang kamu katakan benar Nur, aku memang sedang kalut, sehingga aku
tak mampu berpikir sampai sejauh itu. Terimakasih banyak karena kamu sudah
memberiku secercah cahaya yang mampu menunjukkan kemana aku harus
melangkah" ungkap Aisyah sembari memeluk Nur
"Iya
sama-sama" Jawab Nur dengan tulus, tangannya mengelus punggung Aisyah,
seolah memberikan ketenangan "Jadi apakah kamu sudah tau apa yang akan
kamu lakukan? " Ia melepas pelukannya dengan Aisyah.
Aisyah
tersenyum menanggapi pertanyaan dari Nur, ia menganggukkan kepala nya dengan
mantap. "Iya Nur, aku tau apa yang harus aku lakukan, aku akan melanjutkan
study ku sampai selesai, hingga aku bisa membanggakan kedua orang tuaku,
setelah itu aku akan menikah" Aisyah tersenyum lebar, menunjukkan gigi
putih nya yang berjajar dengan tapi.
Pesan
moral: sebagai makhluk sosial, tentu kita akan membutuhkan seseorang
Post a Comment