Sendal Jepit Yang Meresahkan
Beberapa hari yang lalu, aliansi
mahasiswa melakukan audiensi di kantor yayasan Universitas Islam Jember(UIJ).
Audiensi tersebut terkait dengan kejelasan bantuan UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang
tidak didapatkan oleh Mahasiswa FEBI dan Mahasiswa Tarbiyah.
Namun,
penulis kali ini tidak akan membahas audiensi tersebut. Melainkan, mengulas
sebuah kebijakan kampus yang terkesan diremehkan, salah satunya kebijakan dalam
berpenampilan.
Seperti
yang kita ketahui, dalam lingkungan kampus diwajibkan untuk memakai sepatu.
Pada saat audiensi berlangsung, salah satu mahasiswa FEBI ingin memasuki kantor
yayasan untuk mengikuti audiensi. Sayangnya, ia dilarang masuk dengan alasan memakai
sendal jepit. Memang hal itu
tidak dapat dibenarkan.
Tetapi
yang menjadi sebuah pertanyaan adalah, Seorang pimpinan kampus yang menghadiri
audiensi tersebut, juga tidak menggunakan sepatunya alias memakai sendal jepit, dan tidak
ada seorang pun yang menegur. Tentu, hal tersebut menimbulkan tanda tanya besar
bagi mahasiswa yang melihatnya, seakan kebijakan yang selama ini di berikan hanya
berlaku bagi mereka saja.
Sungguh
tidak adil rasanya jika kebijakan tersebut hanya berlaku sepihak. Hal ini
bukanlah untuk yang pertama kalinya, berulang kali dikritisi tetapi tidak
digubris. Lalu apa fungsi dari kebijakan kampus? Dibuat hanya untuk dilanggar
atau untuk dipatuhi ?
Budaya
mendisiplinkan mahasiswa harus diimbangi dengan contoh dari kalangan pimpinan.
Percuma saja jika mereka menegur, sedangkan dirinya sendiri juga melanggar
aturan tersebut.
Seharusnya
sebuah kebijakan haruslah dipatuhi, bukan hanya mahasiswa tetapi juga pejabat
kampus yang menjadi sorotan bagi mahasiswa. Jika pemimpin kampus saja melanggar
apalagi masyarakatnya?
“Sendal
Jepit” Sungguh meresahkan bukan?
Apa tanggapan kalian mengenai hal ini??
Coba diperluas lagi referensinya, pertimbangan konteks dan outuputnya juga, sekiranya tdk mencuat mjd polemik berbau provokator.
BalasHapus