Ads

Pungli di UIJ: Luka Lama yang Terus Diabaikan


Universitas Islam Jember (UIJ) kembali dihadapkan pada persoalan yang seharusnya sudah lama diberantas: pungutan liar (pungli) terhadap mahasiswa. Kasus ini bukan yang pertama, dan sayangnya, sepertinya juga bukan yang terakhir. Skandal serupa telah terjadi berulang kali, namun tanggapan kampus selalu sama: sanksi ringan, pencopotan jabatan, atau nonaktif sementara. Bukannya menimbulkan efek jera, pola ini justru memberi pesan bahwa pelaku masih punya celah untuk lolos dari tanggung jawab moral dan hukum. 

Kasus terbaru ini semakin menyakitkan karena yang menjadi korban adalah mahasiswa yang bergantung pada beasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Uang yang seharusnya menjadi penopang pendidikan justru dirampas oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Ironisnya, sanksi yang sedang dipertimbangkan oleh pihak kampus hanyalah pencopotan jabatan atau nonaktif selama tiga bulan. Apa ini cukup? Tentu tidak. Jika hukuman seperti ini dianggap sebagai bentuk “ketegasan,” tidak heran jika pungli terus hidup dan tumbuh subur di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat menanam nilai-nilai kejujuran dan integritas. 

Masalah ini bukan sekadar soal oknum. Kita harus berani bertanya lebih dalam: mengapa praktik pungli bisa terus terjadi di UIJ? Apakah kampus sudah memiliki sistem pengawasan yang kuat? Apakah ada transparansi dalam pengelolaan dana mahasiswa? Jika kasus seperti ini muncul berulang kali, jelas ada yang salah, bukan hanya pada individu, tetapi juga pada sistem yang membiarkan celah-celah kecurangan tetap terbuka. 

Lebih parahnya lagi, setiap kali kasus pungli mencuat, respon kampus cenderung defensif. Bukannya transparan dan terbuka, isu ini seringkali diredam agar tidak meluas. Padahal, menutupi masalah hanya akan membuat luka itu semakin dalam. Mahasiswa berhak tahu bagaimana kampus menegakkan keadilan, karena ini bukan hanya soal uang, tapi juga soal kepercayaan. Dan ketika kepercayaan itu rusak, tidak semudah itu untuk diperbaiki. 

Sudah saatnya UIJ berhenti menganggap kasus seperti ini sebagai “kesalahan individu semata.” Kampus harus berani mengambil langkah konkret: mencopot pelaku secara permanen, membuka jalur hukum jika perlu, dan membangun sistem pengawasan yang transparan. Lebih dari itu, UIJ harus menunjukkan kepada mahasiswa dan masyarakat bahwa mereka tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai moral, tetapi juga benar-benar menerapkannya. 

Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang membentuk karakter. Dan bagaimana kita bisa membentuk karakter mahasiswa yang jujur, jika kampus sendiri gagal memberi contoh?


Penulis : Linda Nurul Hidayah

Editor : Jelita Puspa Dewi Santosa

Ilustrator : Muzakky Maulana Hidayat

2 komentar:

  1. sungguh memalukan universitas islam jember
    udah rame pulak di Facebook. ternyata kampus ini ambil nama nu sahaja soal ketegasan di sini ciut copot ajah jabatan dan penjarakan

    BalasHapus
  2. Ilham prodi pend bahasa inggris9 Februari 2025 pukul 19.05

    Mantap mana kalau ada acara selalu bilang "jangan demo demo" perkataan langsung dari oknum badan besar

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.